Untuk
melakukan asuhan persalinan normal dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan
normal sebagai berikut (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2003):
1. Mendengar & Melihat Adanya
Tanda Persalinan Kala Dua.
2. Memastikan kelengkapan alat
pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat
suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai
perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT
pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan
tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam
wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum
dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam -
pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang
bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin
setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160
x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah
lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila
ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk
menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat
ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan,
berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk
mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang
dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan
memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada
kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada
vulva dengan diameter 5 - 6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan janin
pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali
pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin
selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran
paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran
saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan
bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah
bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah
atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir,
tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut
janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangi kuat dan atau
bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi nulai
dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan
disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi
lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian
distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca
persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada
2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali
pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali
pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan
benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan
kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat
hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas
kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi,
menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan
uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah
30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan dorongan
dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada
vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada
tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk
membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir,
melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus
baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan
bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh
kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong
plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi
pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi
dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan
kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan
penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan
vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian
vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi
dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara
melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah
kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan
keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk
memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan
bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan
bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang
terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan
menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu
ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan
beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan
dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di
dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir.
58. Melengkapi partograf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar