DEFINISI
Perdarahan
bukan haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Ada dua
macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia
1)
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus
haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting
dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.
Penyebabnya
adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma
serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen
2) Menoragia
adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah
kadang-kadang cukup banyak.
Penyebab dan
pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea.
Penyebab
perdarahan diluar haid yaitu :
• Polip
serviks
• Erosi
portio
• Ulkus
portio
• Trauma
• Polip
endometrium
1. POLIP
SERVIKS
a)
Pengertian
Polip adalah
tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa (Denise tiran :
2005 ).
Servikal
polip adalah polip yang terdapat dalam kanalis servikalis (Denise tiran:2005 )
b) Gejala
umum bentuk abnormal tersebut, yaitu :
· Tanpa
gejala
Polip
serviks bias saja dialami seseorang tanpa ia tau kalau sebenarnya ia memiliki
polip serviks,
· Leukorea
yang sulit disembuhkan
Jika sudah
digunakan berbagai macam obat, dan personal hygine telah dijaga tetapi leokorea
belum juga sembuh
· Terasa
discomfort dalam vagina
Yaitu
perasaan tidak nyaman dalam vagina, baik setelah buang air maupun dalam kondisi
biasa.
· Kontak
berdarah
Misalnya ,
vagina selalu mengeluarkan darah setelah melakukan hubungan seks. Perlu
dijurigai adanya polip serviks.
· Terdapat
infeksi
c) Dasar
diagnosis
·
Berdasarkan keluhan yang dikemukakan.
· Diagnosis
karena kebetulan memeriksakan.
· Pada
pemeriksaan inspekulum dijumpai :
• Jaringan
bertambah
• Mudah
berdarah
• Terdapat
pada vagina bagian atas.
d)
Penatalaksanaannya
Polip hanya
dipelintir sampai putus, kemudian tangkainya di kuret. Tindakan dilakukan dalam
pembiusan umum (general anasthesia). Selanjutnya jaringan polip dikirim ke
laboratorium patologi guna memastikan bahwa histologis-nya jinak/sesuai dengan
gambaran jaringan polip serviks. Kemungkinan ganasnya kecil.
2. EROSI
PORSIO
a)
Pengertian Erosi Porsio
Erosio
porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada
daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi
dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat
tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi.
Erosi porsio
atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya sebagian / seluruh
permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan
atau mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari
kanalis serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga
serviks akan tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi
tanda awal dari kanker serviks.
Erosi
serviks dapat dibagi menjadi 3:
1) Erosi
ringan : meliputi ≤ 1/3 total area serviks
2) Erosi
sedang : meliputi 1/3-2/3 total area serviks
3) Erosi
berat : meliputi ≥ 2/3 total area serviks.
b) Penyebab
erosi serviks :
1. Level
estrogen : erosi serviks merupakan respons terhadap sirkulasi estrogen dalam
tubuh.
a) Dalam
kehamilan : erosi serviks sangat umum ditemukan dalam kehamilan karena level
estrogen yang tinggi. Erosi serviks dapat menyebabkan perdarahan minimal selama
kehamilan, biasanya saat berhubungan seksual ketika penis menyentuh serviks.
Erosi akan menghilang spontan 3-6 bulan setelah melahirkan.
b) Pada
wanita yang mengkonsumsi pil KB : erosi serviks lebih umum terjadi pada wanita
yang mengkonsumsi pil KB dengan level estrogen yang tinggi.
c) Pada bayi
baru lahir : erosi serviks ditemukan pada 1/3 dari bayi wanita dan akan
menghilang pada masa anak-anak oleh karena respon maternal saat bayi berada di
dalam rahim
d) Wanita
yang menjalani Hormon Replacement Therapy (HRT): karena penggunaan estrogen
pengganti dalam tubuh berupa pil, krim , dll.
2. Infeksi:
teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai menghilang.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa infeksi tidak menyebabkan erosi, tapi kondisi
erosi akan lebih mudah terserang bakteri dan jamur sehingga mudah terserang
infeksi.
3. Penyebab
lain : infeksi kronis di vagina, douche dan kontrasepsi kimia dapat mengubah
level keasaman vagina dan sebabkan erosi serviks. Erosi serviks juga dapat
disebabkan karena trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di
vagina, atau terkena speculum)
c) Gejala
erosi serviks:
(1)
Mayoritas tanpa gejala
(2)
Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi) yang
terjadi :
· Setelah
berhubungan seksual (poscoital)
· Diantara
siklus menstruasi
· Disertai
keluarnya cairan mucus yang jernih / kekuningan, dapat berbau jika disertai
infeksi vagina
(3) Erosi
serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat secara
signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak sel darah putih, sehingga ketika
sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan
perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada
wanita.
d) Penanganan
erosi porsio/erosi serviks
1)
Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada portio.
2) Melakukan
penatalaksanaan pemberian obat.
· Lyncopar 3
x 1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri /streptokokus pneomokokus
stafilokokus dan infeksi kulit dan jaringan lunak.
· Ferofort 1
x 1 berfungsi untuk mengobati keputihan
· Mefinal 3
x 1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit
Gambar 1 :
Serviks Normal
Gambar 2 :
Serviks yang terkena Erosi
3. ULKUS
PORSIO
a)
Pengertian
Ulkus portio
adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah dengan batas tidak
jelas pada ostium uteri eksternum .
b) Etiologi
Penggunaan
IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma.
c)
Patofisiologi
Proses
terjadinya ulkus portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya
IUD.IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca,
kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi /
koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan
benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel
superfisialis terkelupas dan terjadilah ulkus portio dan akhir nya menjadi
ulkus. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik
sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan
kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.Dari semua kejadian
ulkus portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis
menyebabkan metastase keganasan leher rahim.
d) Gejala
a. Adanya
fluxus
b. Portio
terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
c. Adanya
kontak berdarah
d. Portio
teraba tidak rata
e)
Penanggulangan
1) Membatasi
hubungan suami istri
Adanya ulkus
porsio membuat porsio mudah sekali berdarah setiap kali mengalami gesekan
sekecil apapun, sehingga sebaiknya koitus dihindari sampai ulkus sembuh.
2) Menjaga
kebersihan vagina
Bila
kebesihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat memperburuk kondisi porsio,
sebab akan semakin rentan terkena infeksi lainnya.
3) Lama
pemakaian IUD harus diperhatikan.
4. TRAUMA
a)
Pengertian
Trauma
adalah dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis.
Pengertian
medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari
jaringan.
Sedangkan
dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat,
tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat
menimbulkan kecederaan.
b) Penyebab
Trauma yang
menyebabkan perdarahan di luar haid contohnya yang sering terjadi pada akseptor
IUD dan usai berhubungan intim (utamanya pada wanita yang telah menopause )
Tempat
perlukaan yang paling sering akibat koitus adalah dinding lateral Vagina,
vorniks posterior dan kubah Vagina (setelah histerektomi).
c) Gejala
Nyeri vulva
dan vagina, perdarahan dan pembengkakkan merupakan gejala-gejala yang paling
khas. Kemungkinan gejala lainnya adalah kesulitan dalam urinasi dan ambulasi
d)
Penanganannya
Penanganannya
sesuai dengan penyebabnya , misalnya trauma yang disebabkan translokasi IUD,
maka IUD nya harus dicabut, dan diganti dengan alat kontrasepsi lain.Sedangkan
buat para wanita yang menopause yang mengalami perdarahan setelah koitus, bisa
diberi terapi hormon.
5. POLIP
ENDOMETRIUM
a)
Pengertian
Polip
endometrium juga disebut polip rahim. Ia adalah pertumbuhan kecil yang tumbuh
sangat lambat dalam dinding rahim. Mereka memiliki basis datar besar dan mereka
melekat pada rahim melalui gagang bunga memanjang. Bentuknya dapat bulat atau
oval dan biasanya berwarna merah. Seorang wanita dapat memiliki polip
endometrium satu atau banyak, dan kadang-kadang menonjol melalui vagina
menyebabkan kram dan ketidaknyamanan. Polip endometrium dapat menyebabkan kram
karena mereka melanggar pembukaan leher rahim. Polip ini dapat terjangkit jika
mereka bengkok dan kehilangan semua pasokan darah mereka. Ada kejadian langka
saat ini polip menjadi kanker. Wanita yang telah mengalaminya terkadang sulit
untuk hamil.
b) Gejala
Tidak ada penyebab
pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan mereka dapat dipengaruhi oleh
kadar hormon, terutama estrogen. Seringkali tidak ada gejala, tetapi beberapa
gejala dapat diidentifikasi terkait dengan pembentukannya.
· Sebuah
kesenjangan antara perdarahan haid
· Tidak
teratur atau perdarahan menstruasi yang berkepanjangan
· Perdarahan
haid yang terlalu berat
· Rasa sakit
atau dismenore (nyeri dengan menstruasi)
c) Diagnosa
dan Pengobatan
Polip
endometrium dapat dideteksi melalui pelebaran dan kuretase (D & C), CT
scan, ultrasound atau histeroskopi. Histeroskopi adalah prosedur dimana lingkup
kecil dimasukkan melalui leher rahim ke dalam rongga rahim untuk mencari polip
atau kelainan rahim lainnya.
Polip
endometrium dapat dihapus dan diobati melalui operasi dengan menggunakan
kuretase atau histerektomi. Jika kuretase dilakukan, polip dapat terjawab tapi
untuk mengurangi risiko ini, rahim biasanya dieksplorasi oleh histeroskopi pada
awal proses bedah. Sebuah polip besar dapat dipotong menjadi bagian-bagian
sebelum sepenuhnya disingkirkan. Jika ditemukan polip menjadi kanker,
histerektomi harus dilakukan. Ada probabilitas tinggi kekambuhan polip bahkan
dengan perawatan di atas.
d)
Komplikasi dan Faktor Risiko
Polip
endometrium biasanya sel jinak. Mereka dapat menjadi prakanker atau kanker.
Sekitar 0,5 persen dari polip endometrium mengandung sel-sel adenokarsinoma.
Sel-sel ini akhirnya akan berkembang menjadi kanker. Polip dapat meningkatkan
risiko keguguran pada wanita yang menjalani fertilisasi in vitro dalam
perawatan. Jika mereka berkembang dekat saluran telur, mereka dapat menjadi
penyebab kesulitan dalam menjadi hamil.
Polip rahim
biasanya terjadi pada wanita di usia 40-an dan 50-an. Wanita yang memiliki
faktor risiko tinggi adalah mereka yang mengalami obesitas, memiliki tekanan
darah tinggi. dan memiliki sejarah polip serviks dalam keluarga mereka.
Terapi
penggantian hormon dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya polip
endometrium. Wanita yang menggunakan hormonal Intra Uterine Device yang tingkat
tinggi levonorgestrel dapat mengurangi kejadian polip. Satu dari setiap sepuluh
perempuan dapat memiliki polip endometrium, dan diperkirakan bahwa sekitar 25
persen dari mereka yang mengalami pendarahan vagina abnormal memiliki polip
endometrium.
MERAWAT
PERDARAHAN VAGINA YANG TIDAK BERATURAN
Perawatan
untuk perdarahan vagina yang tidak teratur tergantung pada penyebab yang
mendasarinya. Setelah penyebabnya ditentukan, dokter memutuskan apakah
perawatan sebenarnya perlu. Adakalanya, semua yang diperlukan adalah
mengesampingkan penyebab-penyebab yang membahayakan dan untuk menentukan bahwa
perdarahan vagina yang tidak teratur tidak cukup mengganggu wanitanya untuk
diberikan obat atau perawatan. Jika persoalan-persoalan tiroid, hati, ginjal,
atau pembekuan darah ditemukan, perawatan diarahkan menuju kondisi-kondisi ini.
Obat-obat
untuk perawatan dari perdarahan vagina yang tidak teratur tergantung pada
penyebabnya. Contoh-contoh digambarkan dibawah:
a. Jika
penyebab dari perdarahan adalah ketiadaan dari ovulasi (anovulation),
dokter-dokter mungkin meresepkan progesterone untuk diminum pada
interval-interval yang teratur, atau obat pencegahan kehamilan oral, yang
mengandung progesterone, untuk mencapai keseimbangan hormon yang tepat.
Perawatan sejenis ini secara dramatis mengurangi risiko kanker kandungan pada
wanita-wanita yang tidak berovulasi.
b. Jika
penyebab dari perdarahan vagina yang tidak teratur adalah perubahan prakanker
pada lapisan kandungan, obat-obat progesterone mungkin diresepkan untuk mengurangi
pembentukan dari jaringan-jaringan lapisan kandungan yang prakanker dalam usaha
untuk menghindari operasi.
c. Jika
seorang wanita telah berada tanpa mens-mens untuk kurang dari enam bulan dan
berdarah secara tidak teratur, penyebabnya mungkin adalah transisi menopause.
Selama transisi ini, seorang wanita adakalanya ditawarkan obat pencegah
kehamilan oral untuk menegakan pola perdarahan yang lebih teratur, untuk
menyediakan kontrasepsi sampai ia menyelesaikan menopause, dan untuk
membebaskan rasa panas (hot flashes). Seorang wanita yang ditemukan menopause
sebagai penyebab dari perdarahan yang tidak teraturnya mungkin juga menerima
nasehat menopause jika ia mempunyai gejala-gejala yang menyusahkan.
d. Jika
penyebab dari perdarahan vagina yang tidak teratur adalah polip-polip atau
pertumbuhan-pertumbuhan jinak lainnya, ini adakalanya dikeluarkan secara
operasi untuk mengontrol perdarahan karena mereka tidak dapat dirawat dengan
obat.
e. Jika
penyebab dari perdarahan adalah infeksi, antibiotik-antibiotik adalah perlu.
Perdarahan selama kehamilan memerlukan evaluasi darurat oleh seorang dokter
kandungan (obstetrician). Endometriosis dapat dirawat dengan obat-obat dan/atau
operasi (seperti laparoscopy).
f.
Adakalanya, penyebab dari perdarahan yang berlebihan tidak nyata setelah
penyelesaian pengujian (dysfunctional uterine bleeding). Pada kasus-kasus ini,
obat-obat pencegah kehamilan oral dapat memperbaiki kontrol siklus dan
mengurangi perdarahan.
g. Jika
perdarahan berlebihan dan tidak dapat dikontrol dengan obat, prosedur operasi
yang disebut dilation and curettage (D&C) mungkin adalah perlu. Sebagai
tambahan pada pengurangan perdarahan yang berlebihan, D&C menyediakan
informasi tambahan yang dapat mengesampingkan kelainan-kelainan dari lapisan kandungan.
h.
Adakalanya, hysterectomy adalah perlu ketika obat-obat hormon tidak dapat
mengontrol perdarahan yang berlebihan. Bagaimanapun, kecuali penyebabnya adalah
prakanker atau kanker, operasi ini harus adalah hanya opsi (pilihan) setelah
solusi-solusi lain telah dicoba.
i. Banyak
prosedur-prosedur baru sedang dikembangkan untuk merawat tipe-tipe tertentu
dari perdarahan vagina yang tidak teratur. Contohnya, studi-studi sedang dalam
perjalanan untuk mengevaluasi teknik-teknik yang secara selektif menghalangi
pembuluh-pembuluh darah yang terlibat pada perdarahan. Metode-metode yang lebih
baru ini mungkin adalah pilihan-pilihan yang kurang rumit untuk beberapa
pasien-pasien dan ketika mereka dievaluasi lebih jauh mereka akan mungkin
menjadi lebih secara luas tersedia.
Referensi :
Amir Amri.
Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. 1995. Medan : Ramadhan.
Manuaba, Ida
bagus.2004.Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Gynekologi edisi II .Jakarta;EGC.
Wiknjosastro,
Hanifa.2005. Ilmu kandungan.Jakarta :yayasan bina pustaka sarwono
prawirihardjo.
Sylvia
A.Drice.Lorraine M Wilson.2005.Patofisiologi Volume II.Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit.Jakarta ;EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar