Sabtu, 08 Oktober 2011

BERCAK MONGGOL


BERCAK MONGOL

1.Definisi
Bercak Mongol adalah bercak berwarna biru yang biasanya terlihat di bagian atau daerah sacral, walaupun kadang terlihat di bagian tubuh yang lain. Bercak mongol biasanya terjadi pada anak-anak yang dilahirkan oleh orang tua Asia dan Afrika, kadang-kadang terjadi pada anak-anak dengan orangtua mediterania.  ( Mayes Midwifery Textbook).
Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang terlihat di daerah lumbo sacral pada bayi yang memiliki pigmentasi kulit (kulit berwarna), warnanya seperti memar. Bercak mongol adalah lesi-lesi muskular berwarna abu-abu atau biru dengan batas tepi bervariasi, paling sering pada daerah prasakral, tapi dapat juga ditemukan di daerah posterior paha, tungkai, punggung, dan bahu. (Nelso, 1993)
Bintik Mongolia, daerah pigmentasi biru-kehitaman, dapat terlihat pada semua permukaan tubuh, termasuk pada ekstremitas. Bercak ini lebih sering terlihat di punggung dan bokong. Daerah pigmentasi ini terlihat pada bayi-bayi yang berasal dari Mediterania, Amerika Latin, Asia, Afrika, atau beberapa wilayah lain di dunia. Bercak-bercak ini lebih sering terlihat pada individu berkulit lebih gelap tanpa memperhatikan kebangsaannya. Bercak ini secara bertahap akan lenyap dengan sendirinya dalam hitungan bulan atau tahun (Dasar-dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6, Persis Mary Hilton, EGC)
Bercak mongol adalah bercak datar normal berwarna hijau kebiruan atau abu kebiruan  yang ditemukan pada 90% bayi Amerika, Asia, Hispanik dan Afrika Amerika dan 10%nya terjadi pada bayi Kaukasia, khususnya keturunan Mediterania. Paling sering pada daerah punggung, bokong, tapi dapat pula ditemukan pada bagian tubuh lain. Memiliki bermacam ukuran dan bentuk, tidak memiliki hubungan dengan penyakit tertentu. Kebanyakan akan memudar pada usia 2 atau 3 tahun, walaupun bekasnya akan bertahan sampai dewasa. (www.legachyhealth.org)
Bercak mongol terlihat seperti bercak rata berwarna biru, biru hitam, atau abu-abu dengan batas tegas, bisa berukuran sangat besar dan mirip dengan tanda lebam. Umumnya terdapat pada sisi punggung bawah, juga paha belakang, kaki, punggung atas dan bahu. Biasanya dimiliki pada 9 dari 10 anak berkulit hitam, keturunan Mediterania dan keturunan Indian dan sangat jarang terjadi pada bayi berambut pirang dan berwarna biru. (www.conectique.com)
Bercak mongol merupakan sekumpulan padat melanosit, sel kulit yang mengandung melanin, pigmen normal kulit. Saat melanosit muncul ke permukaan kulit, akan terlihat coklat tua. Semakin jauh dari permukaan kulit, melanosit akan terlihat semakin biru. Selain itu, bercak mongol tidak berhubungan dengan memar atau kondisi medis lainnya. Bercak mongol tidak menjurus pada kanker ataupun masalah lain. (www.drgreene.com)

2.Etiologi
Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin pada dermis yang terhambat selama proses migrasi dari krista neuralis ke epidermis. Lebih dari 80% bayi yang berkulit hitam. Orang Timur dan India Timur memiliki lesi ini, sementara kejadian pada bayi yang kulit putih kurang dari 10%. Lesi-lesi yang tersebar luas, terutama pada tempat-tempat yang tidak biasa cenderung tidak menghilang.
Hampir 90% bayi dengan kulit berwarna atau kulit Asia (Timur) lahir dengan bercak ini,namun pada bayi Kaukasia hanya 5 %. Lesi ini biasanya berisi sel melanosit yang terletak di lapisan dermis sebelah dalam atau di sekitar folikel rambut. Kadang-kadang tersebar simetris, dapat juga unilateral. Bercak ini hanya merupakan lesi jinak dan tidak berhubungan dengan kelainan-kelainan sistemik. (iskandar, 1985)

3.Gejala Klinis
Tanda lahir ini biasanya berwarna coklat tua, abu-abu batu, atau biru kehitaman. Terkadang bintik mongol ini terlihat seperti memar. Biasanya timbul pada bagian punggung bawah dan bokong, tetapi sering juga ditemukan pada kaki, punggung, pinggang, dan pundak. Bercak mongol juga bervariasi dalam ukuran, dari sebesar peniti sampai berdiameter enam inchi. Seorang anak bisa memiliki satu atau beberapa bercak mongol. (www.drgreene.com).
Adanya bercak kebiru-biruan atau biru-kehitaman pada bagian punggung, bokong. Bagian bawah spina, pada bahu atau bagian lainnya. Biasanya bercak mongol ini terlihat sebagai :
a.Luka seperti pewarnaan.
b.Daerah pigmentasi memiliki tekstur kulit yang normal.
c.Area datar dengan bentuk yang tidak teratur.
d.Biasanya akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun.
e.Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan.

4.Penatalaksanaan
Bercak mongol biasanya menghilang dalam beberapa tahun pertama, atau pada 1-4 tahun pertama sehingga tidak memerlukan perlindungan khusus. Namun, bercak mongol multiple yang tersebar luas, terutama pada tempat-tempat biasa, cenderung tidak akan hilang, tapi dapat menetap sampai dewasa.
Sumber lain menyatakan bahwa bercak mongol ini mulai pudar pada usia dua tahun pertama dan menghilang antara usia 7-13 tahun. Kadang-kadang juga menghilang setelah dewasa. Sebagian kecil, sekitar 5% anak yang lahir dengan bercak mongol masih memiliki bercak mongol hingga mereka dewasa. Bercak mongol ini biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan ataupun pencegahan khusus.
Nervus Ota (Daerah zigomaticus) dan Nervus Ito (daerah sclera atau fundus mata atau daerah delto trapezius) biasanya menetap, tidak perlu diberikan pengobatan. Namun, bila penderita telah dewasa, pengobatan dapat dilakukan dengan alasan estetik. Akhir-akhir ini dianjurkan pengobatan dengan menggunakan sinar laser.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan dalam hal ini adalah dengan memberikan konseling pada orang tua bayi. Bidan menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan bintik mongol, menjelaskan bahwa bintik mongol ini akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun dan tidak berbahaya serta tidak memerlukan penanganan khusus sehingga orang tua bayi tidak merasa cemas.

Minggu, 02 Oktober 2011

PERDARAHAN DI LUAR HAID


DEFINISI
Perdarahan bukan haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia
1) Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.
Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen
2) Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak.
Penyebab dan pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea.
Penyebab perdarahan diluar haid yaitu :
• Polip serviks
• Erosi portio
• Ulkus portio
• Trauma
• Polip endometrium
1. POLIP SERVIKS
a) Pengertian
Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa (Denise tiran : 2005 ).
Servikal polip adalah polip yang terdapat dalam kanalis servikalis (Denise tiran:2005 )
b) Gejala umum bentuk abnormal tersebut, yaitu :
· Tanpa gejala
Polip serviks bias saja dialami seseorang tanpa ia tau kalau sebenarnya ia memiliki polip serviks,
· Leukorea yang sulit disembuhkan
Jika sudah digunakan berbagai macam obat, dan personal hygine telah dijaga tetapi leokorea belum juga sembuh
· Terasa discomfort dalam vagina
Yaitu perasaan tidak nyaman dalam vagina, baik setelah buang air maupun dalam kondisi biasa.
· Kontak berdarah
Misalnya , vagina selalu mengeluarkan darah setelah melakukan hubungan seks. Perlu dijurigai adanya polip serviks.
· Terdapat infeksi
c) Dasar diagnosis
· Berdasarkan keluhan yang dikemukakan.
· Diagnosis karena kebetulan memeriksakan.
· Pada pemeriksaan inspekulum dijumpai :
• Jaringan bertambah
• Mudah berdarah
• Terdapat pada vagina bagian atas.
d) Penatalaksanaannya
Polip hanya dipelintir sampai putus, kemudian tangkainya di kuret. Tindakan dilakukan dalam pembiusan umum (general anasthesia). Selanjutnya jaringan polip dikirim ke laboratorium patologi guna memastikan bahwa histologis-nya jinak/sesuai dengan gambaran jaringan polip serviks. Kemungkinan ganasnya kecil.
2. EROSI PORSIO
a) Pengertian Erosi Porsio
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi.
Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya sebagian / seluruh permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan atau mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks.
Erosi serviks dapat dibagi menjadi 3:
1) Erosi ringan : meliputi ≤ 1/3 total area serviks
2) Erosi sedang : meliputi 1/3-2/3 total area serviks
3) Erosi berat : meliputi ≥ 2/3 total area serviks.
b) Penyebab erosi serviks :
1. Level estrogen : erosi serviks merupakan respons terhadap sirkulasi estrogen dalam tubuh.
a) Dalam kehamilan : erosi serviks sangat umum ditemukan dalam kehamilan karena level estrogen yang tinggi. Erosi serviks dapat menyebabkan perdarahan minimal selama kehamilan, biasanya saat berhubungan seksual ketika penis menyentuh serviks. Erosi akan menghilang spontan 3-6 bulan setelah melahirkan.
b) Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB : erosi serviks lebih umum terjadi pada wanita yang mengkonsumsi pil KB dengan level estrogen yang tinggi.
c) Pada bayi baru lahir : erosi serviks ditemukan pada 1/3 dari bayi wanita dan akan menghilang pada masa anak-anak oleh karena respon maternal saat bayi berada di dalam rahim
d) Wanita yang menjalani Hormon Replacement Therapy (HRT): karena penggunaan estrogen pengganti dalam tubuh berupa pil, krim , dll.
2. Infeksi: teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai menghilang. Bukti-bukti menunjukkan bahwa infeksi tidak menyebabkan erosi, tapi kondisi erosi akan lebih mudah terserang bakteri dan jamur sehingga mudah terserang infeksi.
3. Penyebab lain : infeksi kronis di vagina, douche dan kontrasepsi kimia dapat mengubah level keasaman vagina dan sebabkan erosi serviks. Erosi serviks juga dapat disebabkan karena trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di vagina, atau terkena speculum)
c) Gejala erosi serviks:
(1) Mayoritas tanpa gejala
(2) Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi) yang terjadi :
· Setelah berhubungan seksual (poscoital)
· Diantara siklus menstruasi
· Disertai keluarnya cairan mucus yang jernih / kekuningan, dapat berbau jika disertai infeksi vagina
(3) Erosi serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat secara signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak sel darah putih, sehingga ketika sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita.
d) Penanganan erosi porsio/erosi serviks
1) Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada portio.
2) Melakukan penatalaksanaan pemberian obat.
· Lyncopar 3 x 1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri /streptokokus pneomokokus stafilokokus dan infeksi kulit dan jaringan lunak.
· Ferofort 1 x 1 berfungsi untuk mengobati keputihan
· Mefinal 3 x 1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit
Gambar 1 : Serviks Normal
Gambar 2 : Serviks yang terkena Erosi
3. ULKUS PORSIO
a) Pengertian
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah dengan batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum .
b) Etiologi
Penggunaan IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma.
c) Patofisiologi
Proses terjadinya ulkus portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD.IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah ulkus portio dan akhir nya menjadi ulkus. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.Dari semua kejadian ulkus portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim.
d) Gejala
a. Adanya fluxus
b. Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
c. Adanya kontak berdarah
d. Portio teraba tidak rata
e) Penanggulangan
1) Membatasi hubungan suami istri
Adanya ulkus porsio membuat porsio mudah sekali berdarah setiap kali mengalami gesekan sekecil apapun, sehingga sebaiknya koitus dihindari sampai ulkus sembuh.
2) Menjaga kebersihan vagina
Bila kebesihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat memperburuk kondisi porsio, sebab akan semakin rentan terkena infeksi lainnya.
3) Lama pemakaian IUD harus diperhatikan.
4. TRAUMA
a) Pengertian
Trauma adalah dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis.
Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan.
Sedangkan dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan.
b) Penyebab
Trauma yang menyebabkan perdarahan di luar haid contohnya yang sering terjadi pada akseptor IUD dan usai berhubungan intim (utamanya pada wanita yang telah menopause )
Tempat perlukaan yang paling sering akibat koitus adalah dinding lateral Vagina, vorniks posterior dan kubah Vagina (setelah histerektomi).
c) Gejala
Nyeri vulva dan vagina, perdarahan dan pembengkakkan merupakan gejala-gejala yang paling khas. Kemungkinan gejala lainnya adalah kesulitan dalam urinasi dan ambulasi
d) Penanganannya
Penanganannya sesuai dengan penyebabnya , misalnya trauma yang disebabkan translokasi IUD, maka IUD nya harus dicabut, dan diganti dengan alat kontrasepsi lain.Sedangkan buat para wanita yang menopause yang mengalami perdarahan setelah koitus, bisa diberi terapi hormon.
5. POLIP ENDOMETRIUM
a) Pengertian
Polip endometrium juga disebut polip rahim. Ia adalah pertumbuhan kecil yang tumbuh sangat lambat dalam dinding rahim. Mereka memiliki basis datar besar dan mereka melekat pada rahim melalui gagang bunga memanjang. Bentuknya dapat bulat atau oval dan biasanya berwarna merah. Seorang wanita dapat memiliki polip endometrium satu atau banyak, dan kadang-kadang menonjol melalui vagina menyebabkan kram dan ketidaknyamanan. Polip endometrium dapat menyebabkan kram karena mereka melanggar pembukaan leher rahim. Polip ini dapat terjangkit jika mereka bengkok dan kehilangan semua pasokan darah mereka. Ada kejadian langka saat ini polip menjadi kanker. Wanita yang telah mengalaminya terkadang sulit untuk hamil.
b) Gejala
Tidak ada penyebab pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan mereka dapat dipengaruhi oleh kadar hormon, terutama estrogen. Seringkali tidak ada gejala, tetapi beberapa gejala dapat diidentifikasi terkait dengan pembentukannya.
· Sebuah kesenjangan antara perdarahan haid
· Tidak teratur atau perdarahan menstruasi yang berkepanjangan
· Perdarahan haid yang terlalu berat
· Rasa sakit atau dismenore (nyeri dengan menstruasi)
c) Diagnosa dan Pengobatan
Polip endometrium dapat dideteksi melalui pelebaran dan kuretase (D & C), CT scan, ultrasound atau histeroskopi. Histeroskopi adalah prosedur dimana lingkup kecil dimasukkan melalui leher rahim ke dalam rongga rahim untuk mencari polip atau kelainan rahim lainnya.
Polip endometrium dapat dihapus dan diobati melalui operasi dengan menggunakan kuretase atau histerektomi. Jika kuretase dilakukan, polip dapat terjawab tapi untuk mengurangi risiko ini, rahim biasanya dieksplorasi oleh histeroskopi pada awal proses bedah. Sebuah polip besar dapat dipotong menjadi bagian-bagian sebelum sepenuhnya disingkirkan. Jika ditemukan polip menjadi kanker, histerektomi harus dilakukan. Ada probabilitas tinggi kekambuhan polip bahkan dengan perawatan di atas.
d) Komplikasi dan Faktor Risiko
Polip endometrium biasanya sel jinak. Mereka dapat menjadi prakanker atau kanker. Sekitar 0,5 persen dari polip endometrium mengandung sel-sel adenokarsinoma. Sel-sel ini akhirnya akan berkembang menjadi kanker. Polip dapat meningkatkan risiko keguguran pada wanita yang menjalani fertilisasi in vitro dalam perawatan. Jika mereka berkembang dekat saluran telur, mereka dapat menjadi penyebab kesulitan dalam menjadi hamil.
Polip rahim biasanya terjadi pada wanita di usia 40-an dan 50-an. Wanita yang memiliki faktor risiko tinggi adalah mereka yang mengalami obesitas, memiliki tekanan darah tinggi. dan memiliki sejarah polip serviks dalam keluarga mereka.
Terapi penggantian hormon dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya polip endometrium. Wanita yang menggunakan hormonal Intra Uterine Device yang tingkat tinggi levonorgestrel dapat mengurangi kejadian polip. Satu dari setiap sepuluh perempuan dapat memiliki polip endometrium, dan diperkirakan bahwa sekitar 25 persen dari mereka yang mengalami pendarahan vagina abnormal memiliki polip endometrium.
MERAWAT PERDARAHAN VAGINA YANG TIDAK BERATURAN
Perawatan untuk perdarahan vagina yang tidak teratur tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Setelah penyebabnya ditentukan, dokter memutuskan apakah perawatan sebenarnya perlu. Adakalanya, semua yang diperlukan adalah mengesampingkan penyebab-penyebab yang membahayakan dan untuk menentukan bahwa perdarahan vagina yang tidak teratur tidak cukup mengganggu wanitanya untuk diberikan obat atau perawatan. Jika persoalan-persoalan tiroid, hati, ginjal, atau pembekuan darah ditemukan, perawatan diarahkan menuju kondisi-kondisi ini.
Obat-obat untuk perawatan dari perdarahan vagina yang tidak teratur tergantung pada penyebabnya. Contoh-contoh digambarkan dibawah:
a. Jika penyebab dari perdarahan adalah ketiadaan dari ovulasi (anovulation), dokter-dokter mungkin meresepkan progesterone untuk diminum pada interval-interval yang teratur, atau obat pencegahan kehamilan oral, yang mengandung progesterone, untuk mencapai keseimbangan hormon yang tepat. Perawatan sejenis ini secara dramatis mengurangi risiko kanker kandungan pada wanita-wanita yang tidak berovulasi.
b. Jika penyebab dari perdarahan vagina yang tidak teratur adalah perubahan prakanker pada lapisan kandungan, obat-obat progesterone mungkin diresepkan untuk mengurangi pembentukan dari jaringan-jaringan lapisan kandungan yang prakanker dalam usaha untuk menghindari operasi.
c. Jika seorang wanita telah berada tanpa mens-mens untuk kurang dari enam bulan dan berdarah secara tidak teratur, penyebabnya mungkin adalah transisi menopause. Selama transisi ini, seorang wanita adakalanya ditawarkan obat pencegah kehamilan oral untuk menegakan pola perdarahan yang lebih teratur, untuk menyediakan kontrasepsi sampai ia menyelesaikan menopause, dan untuk membebaskan rasa panas (hot flashes). Seorang wanita yang ditemukan menopause sebagai penyebab dari perdarahan yang tidak teraturnya mungkin juga menerima nasehat menopause jika ia mempunyai gejala-gejala yang menyusahkan.
d. Jika penyebab dari perdarahan vagina yang tidak teratur adalah polip-polip atau pertumbuhan-pertumbuhan jinak lainnya, ini adakalanya dikeluarkan secara operasi untuk mengontrol perdarahan karena mereka tidak dapat dirawat dengan obat.
e. Jika penyebab dari perdarahan adalah infeksi, antibiotik-antibiotik adalah perlu. Perdarahan selama kehamilan memerlukan evaluasi darurat oleh seorang dokter kandungan (obstetrician). Endometriosis dapat dirawat dengan obat-obat dan/atau operasi (seperti laparoscopy).
f. Adakalanya, penyebab dari perdarahan yang berlebihan tidak nyata setelah penyelesaian pengujian (dysfunctional uterine bleeding). Pada kasus-kasus ini, obat-obat pencegah kehamilan oral dapat memperbaiki kontrol siklus dan mengurangi perdarahan.
g. Jika perdarahan berlebihan dan tidak dapat dikontrol dengan obat, prosedur operasi yang disebut dilation and curettage (D&C) mungkin adalah perlu. Sebagai tambahan pada pengurangan perdarahan yang berlebihan, D&C menyediakan informasi tambahan yang dapat mengesampingkan kelainan-kelainan dari lapisan kandungan.
h. Adakalanya, hysterectomy adalah perlu ketika obat-obat hormon tidak dapat mengontrol perdarahan yang berlebihan. Bagaimanapun, kecuali penyebabnya adalah prakanker atau kanker, operasi ini harus adalah hanya opsi (pilihan) setelah solusi-solusi lain telah dicoba.
i. Banyak prosedur-prosedur baru sedang dikembangkan untuk merawat tipe-tipe tertentu dari perdarahan vagina yang tidak teratur. Contohnya, studi-studi sedang dalam perjalanan untuk mengevaluasi teknik-teknik yang secara selektif menghalangi pembuluh-pembuluh darah yang terlibat pada perdarahan. Metode-metode yang lebih baru ini mungkin adalah pilihan-pilihan yang kurang rumit untuk beberapa pasien-pasien dan ketika mereka dievaluasi lebih jauh mereka akan mungkin menjadi lebih secara luas tersedia.
Referensi :
Amir Amri. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. 1995. Medan : Ramadhan.
Manuaba, Ida bagus.2004.Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Gynekologi edisi II .Jakarta;EGC.
Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu kandungan.Jakarta :yayasan bina pustaka sarwono prawirihardjo.
Sylvia A.Drice.Lorraine M Wilson.2005.Patofisiologi Volume II.Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.Jakarta ;EGC.


PROMOSI KESEHATAN IBU NIFAS



KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia Nya kita berada dalam keadaan sehat wal’afiat dan mendapat kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah penulis banyak mendapatkan hambatan dan kesulitan, waktu, tempat, dan dana.Tetapi karena bantuan dan saran dari berbagai pihak terutama kelompok, akhirnya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Maka dalam kesempatan ini, kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1.    Bapak Yulianto,S.Kep.Ns.M.Kes selaku ketua STIKES “Dian Husada” Mojokerto.
2.    Bapak Eka Prasetya, Mpd selaku dosen pengajar STIKES “Dian Husada” Mojokerto.
3.    Seluruh staf pengajar AKBID Dian Husada Mojokerto yang telah memberikakan ilmunya kepada kami.
4.    Kepada teman kami yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya pada kami dalam pembuatan makalah.
Dengan iringan doa semoga amal baik yang telah diberikan kepada kami mendapat balasan yang baik dari ALLAH SWT. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penulis dan pembaca pada umumnya.

                       
                                                                                    Mojokerto, 19  Oktober  2009
                                                                                                                       

                                                                                                   Penyusun


DAFTAR ISI


Halaman Judul............................................................ ..............................................      i
Kata Pengantar........................................................... ..............................................      ii
Daftar Isi..................................................................... ..............................................      iii

BAB I   PENDAHULUAN...................................... ..............................................      1

            1.1.. Latar belakang........................................ ..............................................      1
            1.2.. Rumusan Masalah................................... ..............................................      2
            1.3.. Tujuan Penulisan..................................... ..............................................      2

BAB II PEMBAHASAN......................................... ..............................................      3

            2.1.. Pengertian Reproduksi............................ ..............................................      3
            2.2.. Organ Reproduksi Laki-Laki.................. ……………………………..      4
            2.3 . Hormon Laki-laki.................................... ..............................................      12
BAB III PENUTUP                                                                                                       13
            3.1   Simpulan................................................. .............................................       13
3.2   Saran....................................................... .............................................       15   Daftar Pustaka...            ........................................................................ iv


DAFTAR PUSTAKA

1.    Gary F Cunningham, etc. 2005. " Obstetri Williams ". Jakarta : EGC.
2.    S. A Goeslan. 1990. " Ilmu Kebidanan ". Jakarta : Balai Pustaka.
3.    Farrer Helen. 1999. " Perawatan Maternitas ". Jakarta : EGC.
4.    Henderson, Christine. 2005. " Konsep Kebidanan ". Jakarta : EGC.
5.    Salmah, etc. 2006. " Asuhan Kebidanan Antenatal ". Jakarta : EGC.
6.    http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehat.../17/085333.htm. Penulis : Evy Rachmawati. " Keajaiban dari Darah Tali Pusat ".
7.    Tabloid Ibu Anak. " Mother And Baby ". Update : Monday, 07 Feb 2005 Pukul 14:10:00 WIB.
8.    Bari Abdul Saifuddin, Noroyono Wibowo. 2008. ” Plasenta, Tali Pusat, Selaput Janin dan Cairan Amnion ". Kuliah Obstetri Ginekologi. Jakarta : FKUI.
9.    Mochtar Rustam. 1998. " Sinopsis Obsetri ". Jakarta : EGC.
10.  Verralls Sylvia. 1997. " Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan ". Jakarta :EGC.


BAB I
PENDAHULUAN
I.I        Latar Belakang
            Promosi kesehatan ibu nifas adalah  upaya untuk mempromosikan kesehatan setelah masa persalinan untuk mencegah satu terjadinya komplikasi.Msa nifas atau puerperium dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
             
I.2        Tujuan
          -  Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana untuk mencegah perdarahan masa nifas
           -melakukan hubungan antara ibu dan BBL
       -  menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
  -  Dan mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi.

BAB II
PROMOSI KESEHATAN PADA IBU  NIFAS
A.DEFINISI
Nifas adalah masa pulih kembali,mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lamanya 6-8 minggu
(synopsis obstetric,hal 115)
Masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
(obsteatri fisiologis, hal 315)
Masa yang dimulai setelah partus selesai,dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu,akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(ilmu kebidanan,1999,hal237)
Masa yang dimulai setelah kehamilan placenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira-kira 6 minggu.
(pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,2002,hal-122)
2.1 Tahapan masa nifas
1.      Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan,dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.      Peurperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.
        3     remote puerperium
               Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-munggu atau tahunan.

Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologi, yaitu :
1.      Perubahan fisik
2.      Involusi uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi dan retraksi otot-otot involusi terjadi karena masing-masing sel menjadi kecil karena sitoplasma yang berlebihan dibuang. Involusi disebabkan karena autolysis yaitu pecahnya zat protein dinding rahim yang diabsorbsi dan dibuang menjadi urine. Pelepasan plasenta dan selaput janin serta dinding rahim terjadi pada stratum spongiosum bagian atas setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan atas stratum spongiosum yang tinggi menjadi nekrotis, sedangkan lapisan bawahnya yang berhubungan dengan otot terpelihara dengan baik.
Bagian yang nekrotis mengeluarkan lochea, sedangkan lapisan yang masih sehat menghasilkan endometrium yang baru.
Epitel baru terjadi karena proliferasi sel-sel kelenjar, sedangkan stroma baru terbentuk dari jaringan ikat yang ada diantara kelenjar-kelenjar. Epitelasi berlangsung selama 10 hari kecuali pada implantasi plasenta memakan waktu 3 minggu.
Tonus otot uterus dipelihara oleh control persyarafan dan dapat dirangsang dengan massase / rangsangan putting susu.

Tabel Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus menurut Masa Involusi
Involusi
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu 
Setinggi pusat
2-3 jari bawah pusat
Pertengahan pst-sympysis
Tidak teraba diatas syimpysis
Bertambah kecil
Sebesar ukuran normal
1000 gram
750   gram
500   gram
350   gram
50    gram
30    gram

3.      Involusi Tempat Plasenta
Setelah persalinan plasenta mengecil karena adanya kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Setelah 2 minggu menjadi 3-4 cm dan minggu ke 6 1-2 cm dan akhirnya pulih. Penyembuhan luka plasenta khas sekali karena pertumbuhan endometrium di pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.

4.      Perubahan Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi pada persalinan tidak diperlukan lagi, maka arteri akan mengecil lagi pada masa nifas.

5.      Perubahan Pada Serviks Dan Vagina
Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang –kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir ostium uteri externum dapat dilalui 2-3 jari dan pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui 1 jari saja. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran-ukurannya yang normal pada minggu ke 3 post partum rugae mulai tampak kembali.

6.      Ligament-Ligament
Ligament-ligament dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali, sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament rotundum menjadi kendor setelah persalinan, kebiasaan wanita Indonesia melakukan berurut dimana sewaktu diurut tekanan infra abdomen bertambah tinggi , karena setelah melahirkan ligament fasia dan jaringan penunjang menjadi kendor. Jika dilakukan urut banyak wanita akan mengeluh “ kandungannya turun “ untuk memulihkannya kembali sebaiknya melakukan latihan-latihan dan gymnastic pasca persalinan.

7.      After Paints (Mules-Mules)
Kontraksi uterus setelah persalinan sangat menganggu selama 2-3 hari post partum. After paints lebih terasa bila wanita tersebut menyusui. Perasaan sakit timbul bila masih ada sisa plasenta, sisa selaput ketuban atau gumpalan darah dalam kavum uteri.
             
8.      Pengeluaran Lochea
Lochea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea tidak lain dari pada secret luka yang berasal dari luka dalam rahim terutama luka plasenta. Sifat lochea berubah seperti secret luka berubah menurut tingkat penyembuhan luka.
a.       Lochea Rubra
-          Waktu keluarnya pada saat 2 hari post partum
-          Konsistensi cair
-          Warnanya merah
-          Baunya biasa atau khas
-          Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua verniks caseosa, lanugo dan mekonium.
b.      Lochea Sanguinolenta
-          Waktu keluarnya pada 3-7 hari post partum
-          Konsistensinya lebih kental dan bercampur lendir
-          Warna cokelat
-          Baunya biasa dan khas
c.       Lochea Serosa
-          Waktu keluarnya pada 7-14 hari post partum
-          Konsistensinya cair dan tidak bercampur darah
-          Warnanya kuning
-          Baunya khas atau biasa
d.      Lochea Alba
-          Waktu keluarnya pada saat lebih dari 14 hari post partum
-          Konsistensinya kental dan hampir seperti albus
-          Warnanya putih karena banyaknya leukosit didalamnya
e.       Lochea Purulenta (lochea abnormal)
-          Waktu keluarnya jika terjadi infeksi
-          Konsistensinya kental dan bercampur nanah
-          Warna kehijau-hijauan
-          Baunya luar biasa / busuk, menandakan adanya infeksi
f.       Lochiostasis
-          Lochea tidak lancar keluarnya
Jika lochea tetap berwarna setelah 2 minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna, yang sering disebabkan retrofleksio uteri.
9.      Perubahan Psilososial Ibu Nifas
Rubin melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum menjadi seorang ibu, yaitu :
1.      Taking – In
-          Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan.
-          Perhatian ibu tertuju pada tubuhnya.
-          Ibu mengulanga-ulang pengalamannya waktu bersalin.
-          Mencegah gangguan tidur, pusing, iritabel, interferance dengan  pengembalian ke keadaan normal.
-          Peningkatan nutrisi.
2.      Taking Hold
-          Periode ini berlangsung 2-4 hari post partum.
-          Ibu lebih memfokuskan perhatiannya untuk menjadi orang yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayinya.
-          Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya seperti BAB, BAK, kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
-          Ibu berusaha keras untuk menguasai tentang ketrampilan perawatan bayi. Misalnya : Menggendong, menyusui, memandikan, dan memasang popok.
3.      Letting Go
-          Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah, dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
-          Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi.
-          Ibu harus beradaptasi dengan keadaan bayi yang sangat bergantung.
-          Depresi post partum biasanya terjadi pada periode ini.
 2.2 Depresi Post Partum
Banyak ibu yang mengalami perasaan Let-Down setelah melahirkan sehubungan dengan seriusnya pengalaman waktu melahirkan dan keraguan akan kemampuan untuk mengatasi secara efektif dalam membesarkan anak.
1.      Umumnya depresi ini sedang dan mudah, dimulai 2-3 hari setalah melahirkan dan dapat diatasi 1-2 minggu kemudian.
2.      Jarang yang menjadi psikologis post partum atau menjadi patologis.
Pengkajian Pada Ibu Post Partum (Kala IV – 2 jam Post Partum)
1.      Tekanan Darah
Diukur setiap 15 menit selama 1 jam atau sampai stabil, kemudian setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya. Tekanan darah ibu mungkin sedikit meningkat karena upaya persalinan, dan akan normal kembali dalam waktu 1 jam.
2.      Nadi
Diiperiksa setiap 15 menit selama 1 jam atau sampai stabil, kemudian setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya.
3.      Suhu Tubuh
Diperiksa setiap 1 jam.
4.      Fundus Uteri
Diperiksa setiap 15 menit menit selama 1 jam atau sampai stabil, kemudian setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya. Fundus uteri harus berada pada midline atau 2 cm dibawah pusat. Uterus harus keras, bila lembek lakukan massase sampai keras dan pijatan sampai berkontraksi ke tingkatan pertengahan. Bila fundus bergeser ke arah kanan midline periksa adanya kandung kemih.
5.      Kandung Kemih
Diperiksa setiap fundus dikaji, kandung kemih ibu cepat terisi karena dieresis post partum dan cairan intravena.
6.      Lochea
Periksa setiap 15 menit dalam hubungan dengan fundus, alirannya harus sedang bila darah mengalir dengan cepat, curigai terjadinya robekan serviks.
7.      Perineum
Diperiksa dalam hubungan dengna pengkajian lochea, episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna dan tidak oedem dan jahitan harus utuh.
8.      Rasa Tidak Nyaman
Tidak nyaman, berikan perhatian pada keluhan rasa nyeri, setiap rasa salit yang berlebihan pada perineum harus diperiksa, mungkin terbentuk hematoma di bawah episiotomi, sakit kepalai dapat menjadi pertanda, terjadinya eklampsi dalam waktu dekat, after paints terjadi pada multipara.
9.      Interaksi Anak Orang Tua
Bila bayi masih dalam ruangan, perhatian ekspresi wajah orang tua ketika melihat pada orang tua, apa yang mereka lakukan, respon-respon negatif yang terlihat jelas menandakan adanya masalah.
10.  Status Emosional
Perhatian status emosional ibu eksogregrasi emosi negatif atau positif atau kurangnya pengekspresian emosi mungkin sebagai warisan kebudayaan atau kepribadian emosi demikian mungkin juga menandakan gejala mal adaptasi.
            2.3 Asuhan Masa Nifas
Tujuan :
-          Mencegah infeksi.
-          Meningkatkan penyembuhan jaringan.
-          Meningkatkan involusi uterus dan kenyamanan serta mencegah komplikasi dari mobilisasi.
-          Meningkatkan asupan makanan dan cairan yang adekuat.
-          Meningkatkan pembentukan laktasi atau supresinya.
-          Meningkatkan pola eliminasi normal.
-          Pencegahan isomunisasi Rh pada ibu dengan resus negative.
-          Memenuhi kebutuhan belajar ibu, kebersihan diri, perawatan perinel, payudara, parenting, latihan peregangn otot, hubungan seksual dan kontrasepsi.
-          Meningkatkan rasa percaya diri dan gambaran tubuh serta penurunan stress.
-          Mendorong untuk mempertahankan kesehatan mealui penggunaan sumber-sumber kesehatan yang ada di masyarakat.

2.4  Upaya Promotif dan Preventif Secara Umum
1.      Health promotion : Merupakan usaha meningkatkan nilai kesehatan melalui pemeliharaan secara umum yang di lakukan pada pada ibu nifas adalah sebagai berikut :
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu
Tindakan
Deskripsi dan keterangan
Kebersihan diri
·         Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
·         Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.  Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
·         Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau di seterika.
·         Sarankan ibu untuk mencuci tanagan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
·         Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyenth daerah luka.
Istirahat
·         Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
·         Saranka ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
·         Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
-          Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
-          Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
-          Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
Latihan
·         Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuata dan ini menyaebabkan otot perutnya menjadi kuata sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
·         Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti, :
-          Dengan tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada :
Tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali.
-          Untuk memperkuat tonus otot vagina (latiahan Kegel).
·         Berdiri dengna tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan pinggu tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan utnuk setiap gerakan . setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus memngerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
Gizi
Ibu menyusui harus :
·         Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
·         Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
·         Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
·         Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
·         Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memeberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI nya.
Perawatan Payudara
·         Menjaga payudara tetap bersih dan kering .
·         Menggunakan BH yang menyokong payudara.
·         Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyu ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusuisui. Menyususi tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet
·         Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkanselama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminusui. Menyususi tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet
·         Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkanselama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
·         Untuk menghilangkan nydengan menggunakan sendok.
·         Untuk menghilangkan nyeri dapat  minum paracetamol 1 tablet setiap 4-6 paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
·         Apabila  payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
-          Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit.
-          Urut payudara dari pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengna arah “Z” meneju putting.
-          Keluarkan ASI sebagian  dari bagian depan paudara sehingga putting susu menjadi lunak.
-          Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluarkan dengna tangan.
-          Letakakn kain dingin pada payudara setelah menyusui.
-          Payudara dikeringkan.
Hubungan Perkawinan / Rumah Tangga
·         Secara fisik aman untuk memulai banyak budaya, yang mempunyahubungan suammi istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau sua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan dia tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
·         Banyak budaya, yang mempuyai tradisi mennda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan. 
Keluarga Berencana
·         Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kaoan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
·         Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru resiko caranya ini ialah 2 % kehamilan.
·         Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama bila ibu sudah haid lagi.
·         Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu :
-          Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan evektifitasnya,
-          Kelebihan atau keuntungannya,
-          Kekurangannya,
-          Efek samping,
-          Bagaimana menggunakan metode itu,
-          Kapan metode itu dapat mulai digunakan utnuk wanita pasca salin yang menyusui.
·         Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baikny untuk bertemu dengannye lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu / pasangan itu dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.

Tindakan Lazim Yang Tidak Bermanfaat, Bahkan Dapat Membahayakan
Tindakan
Diskripsi dan keterangan
Menghindari makanan berprotein seperti ikan atau telur.
Ibu menyusui butuh tambahan kalori sebesar 500 per hari-nya
Penggunaan bebat perut segera pada masa nifas (2-4 jam pertama).
Selama 1 jam pertama, petugas perlu memriksa fusndus setiap 15 menit dan melakukan massase jika kontraksi tidak kuat; selama 1 jam kedua masa nifas petugas perlu memeriksa fundus setiap 30 menit dan melakukan massase jika kontraksi tidak kuat. Penggunaan pembebat parut selama masa kritis membuat sulit bagi petugas kesehatan untuk menilai tonus dan posisi uterus, untuk melakukan massase uterus jika diperlukan dan memperkirakan banyak darah yang keluar.
Penggunaan kantong es atau pasir untuk menjaga uterus berkontraksi.
Merupakan perawatan yang tidak efektif untuk atonia uteri
Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1 jam pertama setelah melahirkan.
Masa transisi adalah masa kritis untuk ikatan dan bagi bayi untuk memulai menyusu. Bayi baru lahir pada 2 jam pertama setelah kelahiran merupakan masa paling siaga; setelah masa ini, ia biasanya tidur.

Infeksi Nifas Dapat Dibgai Dalam 2 Golongan, Yaitu :
ü  Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.
*      Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak; jahitan mudah terleps, dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.
*      Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa membenbpgkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyaebaran dapat teradi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
*      Servisitis
Infeksi serviks sering juga terajadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulakan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
*      Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki emndometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosi-leukosit.
Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
ü  Penyebaran Dari Tempat-Tempat Tersebut Melalui Vena-Vena, Malalui Jalan Limfe, Dan  Melalui Permukaan Endometrium.
A.    Penyebaran Melalui Pembuluh-Pembuluh Darah
-    Septikemia Dan Piemia
Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat pathogen biasanya streptococcus haemolyticus golongan A. infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50 % dari semua kematian karena infeksi nifas.
Pada septikemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus, langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.
Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena di uterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterina, vena hipogastrika, dan / atau vena ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke dalam peredaran darah umum dan dibawa olah aliran darah ke tempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat tersebut (piemia).
B.     Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain
-    Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan di antara kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis (sellulitis pelvika).
-    Parametritis (Sellulitis Pelvika)
Peritonitis dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis atau sellulitis pelvika. Dan ini terbatas pada rongga pelvis saja ( pelvioperitonitis )atau menjadi peritonitis umum. Peritonitis umum merupakan komplikasi yang berbahaya dan merupakan sepertiga dari sebab kematian kasus infeksi.
C.     Penyebaran melalui permukaan endometrium
-    Salpingitis, ooforitis
Kadang-kadang – walaupun jarang – infeksi menjalar ke tuba Fallopii, malahan ke ovarium. Di sini terjadi salpingitis dan / atau ooforitis yang sukar dipisahkan dari pelvioperitonitis.
2.      Spesifik Protection
Usaha pencegahan dan pengobatan infeksi pada masa nifas, meliputi :
a.       Menjaga kebersihan diri (personal hygine) pada alat genital dari semua hal yang dapat menyebabkan timbulnya nbakteri.
b.      Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin untuk mencegah terjadinya cross infeksi.
c.       Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas yang sehat.
d.      Melakukan scrinning test untuk mengetahui jenis kuman-kuman yang menjadi penyebab infeksi nifas sebelum diputuskan untuk memberi antibiotik yang tepat dan sebelum terapi dimulai.
e.       Diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas ( broad spectrum antibiotics), seperti ampicilin, dan lain-lain. Setelah hasil pembiakan serta tes-tes kepekaan diketahui, dapat dilakukan pengobatan yang paling sesuai.
f.       Kombinasi penicillin G dan tetracylin dalam dosis tinggi IV sangat efektif terhadap infeksi nifas, sedangkan Di Bagian Obstetri Dan Ginekologi FKUI/RSCM diipakai sulbenicillin atau garamicin atau kombinasi penicillin G dengan chloramphenicol dengan hasil cukup memuaskan.
g.      Selain pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh untuk menjaga sistem kekebalan tubuh.
h.      Jika terjadi abses pada sellulitis pelvika dan pelvioperitonitis, abses harus dibuka dengan menajaga supaya nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar tidak sampai dilukai.

3.      Early Diagnosis Dan Promtratment
Usaha pengobatan secara tepat dan adekuat yang ditujukan pada ibu yang menderita infeksi nifas agar dapat dipulihkan kesehatannya antara lain :
a.       Mencegah penyebaran penyakit
b.      Mengobati dan menghentikan proses infeksi nifas.
c.        Menyembuhkan penderita infeksi nifas dan mencegah terjadinya komplikasi pada masa nifas.

4.      Disability Limitation
Usaha pembatasan kecacatan atau pada tahap inicacat yang terjadi terutama untuk mencegah infeksi nifas menjadi berkelanjutan.
a.       Memberikan pengobatan yang tepat dengan cara pemberian anti biotik yang tepat
b.      Melakukan pengontrolan secara teratur dan rutin untuk mencegah komplikasi

5.    Rehabilitation
-          Pada proses ini di usahakan agar infeksi pada ibu nifas tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal, secara fisik, mental, dan social.
-          Memberikan dukungan moril dan mental pada ibu dengan infeksi nif



BAB III
PENUTUP


3.1  KESIMPULAN

-Promosi kesehatan pada ibu nifas  mencakup hal –hal untuk mencegah suatu terjadinya komplikasi,diantaranya ibu dianjurkan untuk mobilisasi agar tidak terjadinya HPP (Haemorgi post partum).
-